Selasa, 18 Oktober 2011

my story


29 Mei 2011
Ini kisah ku. Sepenggal kisah hidup  yang ku tuangkan dalam lembaran kertas. Sepenggal kisah hidupku yang dapat mewakili siapa aku dan sepenggal kisah hidupku yang mungkin dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk kalian yang membacanya
NAMAku Ibnu.
18 tahun yang lalu aku dilahirkan dan dibesarkan disebuah desa yang menurutku tidak terlalu kecil di Kab. Siak, salah satu kabupaten yang terdapat di Prov. Riau. Ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga, tapi dia adalah ibu terbaik yang pernah ada. Aku sangat bersyukur karena tuhan telah memilih dia untuk menjadi ibuku dan aku sangat senang menjadi anaknya.
Aku bungsu dari 7 bersaudara. Dua anak pertama ibuku laki-laki kemudian dua dibawahnya perempuan, selanjutnya semuanya laki-laki. Ibu ku pernah bercerita, awalnya abang diatas ku-lah yang dipanggil bungsu meski dia tidak menginginkannya. Hal itu bukan tidak beralasan karena aku dan abangku berjarak 7 tahun. Cukup untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada lagi anak setelah abangku mengingat umur ibuku pada saat itu tidak muda lagi. Namun tuhan berkata lain, pada akhir bulan desember tahun 1992 aku dilahirkan sebelum pagi menyapa dunia.
Ayahku bukanlah seorang ayah yang sukses. Ia bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami. Namun aku lebih mengagumi ibuku. Entah karena aku lebih dekat dengan ibu dibandingkan ayahku atau karena ibuku lebih mengerti aku. Tapi  jauh dilubuk hatiku, aku sangat merindukan figur seorang ayah meski pada kenyataannya aku belum pernah bermimpi tentang ayahku. Namun hal ini akan jauh lebih baik jika ternyata itu akan memberikan pertanda buruk. Sejak aku dilahirkan, ibu dan kakakku lah yang berperan besar dalam merawatku. Memberikan semua yang aku butuhkan dan yang aku inginkan. Tapi seingatku, aku belum pernah meminta hal yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tuaku. Mungkin juga hal ini dikarenakan aku adalah anak yang sadar akan kondisi hidup keluargaku. Hingga sampai detik ini, dimana bercukur sudah menjadi kebiasaanku setiap sebelum berangkat kuliah. Tapi aku tak menapik jika aku juga sering menipu ibuku untuk melakukan sesuatu yang menurutku tidak akan diizinkan oleh ibuku, bahkan oleh ibu manapun. mungkin. Namun menurutku, semua anak pasti pernah melakukan kesalahan bahkan sampai ia telah dewasa sekalipun. Karena faktanya, tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa dan kesalahan.
Aku harap kalian semua tidak akan bosan dengan apa yang telah kalian baca sebelumnya, karena aku hanya menjadikan itu layaknya pelayan hotel yang akan mengantarkan kalian kekamar yang telah kalian sewa dan inilah kamar kalian. Silahkan dilihat dan kalian diizinkan untuk memprotes apa yang membuat kalian merasa tidak nyaman. Selagi aku masih disini.
Karena akulah kamar yang telah kalian pilih. . .

***
Aku bukanlah anak yang bodoh namun tidak juga terlalu pintar. Tapi paling tidak, aku pantas untuk dikatakan anak yang cukup pintar. Saat umur 4 tahun, aku sudah bisa membaca dan menulis. Bahkan aku sering menulis didinding rumahku. Menulis ejekan untuk abang diatasku. “Acik cinta . . .” aku tidak dapat mengingat nama siapa yang aku tulis tapi seingatku dia adalah pacar abangku saat duduk dibangku sekolah menengah. Aku bisa memastikan bahwa tulisan itu masih ada didinding rumahku dan aku pikir aku masih ingat dimana aku menulisnya.
Aku anak yang manja, cengeng dan penakut. Aku tidak dapat memberikan alasan kenapa aku memiliki sifat seperti itu. Yang aku tahu aku sangat dekat dengan ibuku. Bahkan jika aku libur kuliah dan pulang kekampungku, aku masih tidur dengan ibuku. Hal yang tak pantas dilakukan oleh anak seusiaku. Tapi inilah aku. Aku tak ingin menutupi kekuranganku. Sebenarnya aku ragu jika ini adalah suatu kesalahan atau bukan. Bagiku pembaca berhak tahu fakta yang dimiliki oleh penulis meski aku bukanlah penulis sesungguhnya.
Saat aku kecil, ibuku selalu mengawasi ku. Tak ada ruang sedikit pun untuk aku melakukan hal yang dilakukan oleh anak laki-laki seusiaku saat itu. Bahkan hingga  aku masuk sekolah dasar sekalipun. Aku dituntut belajar dengan giat dan harus berprestasi dibidang akademis dan semua yang aku inginkan insyaallah akan dikabulkan. Hal itulah yang memotivasiku untuk selalu menjadi yang terbaik meski semuanya tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Tapi aku pikir aku tidak mengecewakan ibuku karena tidak jarang aku mendapatkan rangking 3 saat duduk dibangku dasar. Bahkan aku pernah mendapatkan rangking 1.
Ketika aku duduk dibangku menengah, aku rasa inilah masa-masa gemilangku. Mendapatkan rangking 1 berturut-turut dikelas 1A, kemudian rangking 2 dikelas 2 dan 3. Tapi yang lebih membuat aku bangga disaat aku mendapatkan beasiswa. Aku menerima 90 ribu rupiah/3 bulan dengan kata lain aku digaji seribu rupiah perhari. Meski sedikit kesal jika dipanggil kedepan ketika akan selesai upacara bendera, karena pada saat itu aku mulai mengenal kata malu. Namun aku cukup bangga karena yang menerima beasiswa itu hanya 3 orang siswa. Dan aku satu-satunya anak kelas 1, selebihnya siswa kelas 2 dan keduanya perempuan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa saat duduk diSekolah Menengah Pertama, disinilah masa-masa terindah yang pernah kita lalui. Disaat kita tertarik pada lawan jenis kita. Memiliki perasaan yang lebih dari sebatas teman biasa. Tapi itu tidak berlaku padaku. Kisah cinta ku tidak beruntung disaat aku duduk dibangku menengah pertama ini. Target ku di embat teman ku. Tidak hanya sekali tapi dua kali dan orang yang sama. Meski akhirnya akulah yang terpilih, namun aku sudah tidak berniat lagi untuk itu.

                          

Kamis, 24 Februari 2011

selalu untukmu

08.00

langit begitu gelap. seakan tak ingin memberi kesempatan pada sang surya untuk memberikan kehangatan pada bumi yang telah menggigil kedinginan. jalanan sepi. seperti tak ada kehidupan dimuka bumi ini. banjir telah menggenangi beberapa pelosok negri ini. membuat umat semakin didera kegelisahan dan panik yang berkepanjangan, berusaha mencari jalan untuk mengendalikan gejala alam ini meski tak ada yang dapat dilakukan. entah kapan hujan akan berhenti mengguyur jagad raya. tak ada kepastian.

sementara itu disudut kota yang gelap, Doni duduk terpaku dihadapan jendela kamarnya. entah apa yang dipikirkan oleh pria asal riau ini. seakan tak ada gairah hidup yang terpancar dimatanya sedikit pun. berbeda dengan enam bulan yang lalu. ketika ia baru saja memutuskan untuk merantau keJakarta dan meninggalkan kampung halamannya untuk bekerja pada salah satu Bank swasta diJakarta. meskipun usianya telah menginjak angka 25, tak ada paksaan dari kedua orang tua dari pria kelulusan management UR ini untuk segera bekerja. namun karena melihat teman-temannya yang telah bekerja, Doni memutuskan untuk segera mengakhiri masa nganggurnya dengan mengikuti tes disalah satu bank swasta dijakarta. entah apa yang membuat hatinya memilih bank swasta diJakarta. namun apapun itu alasannya, Bu rina widjaya tak keberatan meski anak nya lulus dan bekerja dikota metropolitan itu.

dering telpon mengusir paksa lamunan doni. segera diraihnya ponsel yang berada diatas meja bundar tepat didepannya. dilihatnya nama penelpon dilayar ponselnya.ah, kenapa harus dia yang menelpon gerutu doni dalam hatinya. dengan perasaan tak berniat doni mengangkat panggilan diponselnya. "halo don, kamu dimana. .? kamu sakit. .? kenapa ga kekantor dua hari ini ?" bu ratih langsung mengintrogasi doni panjang lebar tanpa memberikan kesempatan pada doni untuk menjawab pertanyaannya satu persatu. bu ratih adalah atasan doni. umurnya 2 tahun diatas doni. namun meskipun telah berumur, ia belum juga menikah. mungkin dikarenakan patah hati sejak putus dari mantannya 4 tahun yang lalu bu ratih semakin enggan untuk hidup berumah tangga. namun sejak bertemu dengan doni, ia berubah. layaknya anak remaja yang baru mengenal cinta. bu ratih selalu mencari perhatian doni. mengajaknya makan siang, nonton dan masih banyak lagi meskipun tak terlalu mendapat respon positif dari doni. namun entah apa yang mendorongnya untuk selalu memberikan perhatian pada doni. mungkin itulah yang namanya cinta. membuat seseorang lupa akan sakit hatinya dan memberikan semangat baru dalam hidup ini.

"maaf bu. .saya kurang enak badan. .!" sahut doni setelah berakting seperti orang yang sedang menderita flu berat. padahal kondisi tubuhnya baik.baik saja. hanya hatinya yang sedang bermasalah. ia baru saja putus dari pacarnya 3 hari yang lalu. membuat doni seakan kehilangan separuh nyawanya. ella, wanita yang begitu dicintainya tak lagi bisa meneruskan hubungan mereka. ia telah dijodohkan oleh orang tuanya dengan anak bupati siak. meskipun tak dapat menerima keputusan ella, doni telah berusaha sekeras mungkin untuk tidak memikirkan mantan kekasihnya itu. namun cinta itu terlalu melekat dalam peraduan cintanya membuat ia terpuruk dalam keadaan yang sangat memilukan. nafsu makannya berkurang dan ia tak dapat memejamkan matanya dua hari belakangan ini. cinta memang kejam.
"oh, ya sudah. .kamu istirahat saja yang banyak. jangan lupa minum obat. nanti kalo saya ada waktu, saya akan menjenguk kamu. semoga lekas sembuh ya. .!" ujar bu ratih memperlihatkan perhatiannya pada doni. setelah pembicaraannya dengan bu ratih selesai, doni kembali menatap keluar jendela. kembali melamun mengenang kisah cintanya yang pilu. entah sampai kapan rasa sakit itu akan hilang. ia hanya bisa berdiam diri meski dianiaya oleh cintanya sendiri.

***

"yank, bangun. .udah pagi nih. .!"
tiba-tiba saja ella mengirim sms yang membuat doni kaget setengah mati. matanya tak bisa berkedip. ia menatap layar ponselnya dengan keraguan seakan tak percaya ella mengiriminya sms seperti itu. otaknya secepat kilat berfikir mencari apa alasan ella mengirim sms seperti itu. ia mencari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi. mungkinkah ella salah mengirim sms ataukah ia tak sadar kalau hubungannya dengan doni telah berakhir. tapi bagaimana mungkin ia tak menyadari hal itu, bukankah ella sendiri yang mengakhiri hubungannya dengan menerima perjodohan dari orang tuanya. ah, aku tak perduli. batinnya
segera disingkirkan ponsel dari hadapannya dan kemudian melanjutkan tidurnya. ia tak ingin ambil perduli dengan apa yang terjadi barusan. baru saja mata indah itu akan terpejam, kembali ia teringat dengan sms ella yang beberapa menit dibacanya. kenapa hal itu bisa terjadi. doni kembali mencari jawaban yang mungkin dapat memuaskan hatinya. ia tak ingin terpuruk terlalu dalam dengan kembali membalas sms tersebut. segera ia me-nonaktifkan ponselnya. ia berharap dengan begitu ia terbebas dari perasaan yang tak menentu yang sedang melanda hatinya.

09.00
doni terbangun oleh kerasnya bunyi weaker. meskipun sebenarnya ia malas untuk beranjak dari tempat tidurnya, tapi perut telah terasa melilit sebab sudah 2 hari ini sesuap nasipun tak masuk kedalam perutnya. dengan rasa enggan dia bangkit dari kasur dan menuju kamar mandi. setelah tak sehelai benang pun menempel ditubuhnya, doni segera berendam didalam bathup. semilir wangi anggrek memenuhi seisi kamar mandi. membuat doni hanyut kedalam lamunan, merasakan ella ada disampingnya dan memandangnya dengan genit. membuat hatinya membludak dengan cinta dan nafsu. refleks tangannya merabai kejantanannya. memainkannya dengan penuh hasrat. tak kurang dari 15 menit doni mengejang dan berteriak mengerang sebelum akhirnya ia terkulai lemas didalam bathup. "ah, good jack. ."ujarnya pada alat vitalnya.

cuaca mulai panas. matahari bersiul riang diatas sana. menyinari bumi dengan sekuat tenaga, membuat daun-daun muda layu. doni membuka pintu depan dan menaruh kopinya dimeja kemudian ia beranjak beberapa meter dari teras dan kembali keteras dengan membawa koran. baru saja beberapa menit ia duduk dan membaca koran, tiba-tiba saja Honda-CRV berhenti tepat didepan rumahnya. dengan bersemangat ia segera membuka pagar dan membiarkan mobil tersebut masuk kehalaman kontrakannya. secepat kilat pemuda seusia doni keluar dari mobil dan menghampiri doni yang telah berdiri diteras. "hehey, udah sembuh keknya nih" goda ricko sebelum menarik kursi hingga berhadapan dengan kursi yang diduduki doni. seketika kesepian doni 3hari ini hilang disapu oleh canda riang ricko, teman sekantornya. doni sangat akrab dengan ricko. terlebih lagi sifat mereka hampir sama dan fisik merekapun tak jauh berbeda. tinggi, sawo matang, hidung mancung, dan sama-sama penggila sepak takraw.

tak terasa sudah hampir 3jam ricko berkunjung kerumah doni. berdiskusi mulai dari rumah makan baru dikantornya hingga seluk beluk tingkah laku karyawan-karyawan lain dikantor mereka setelah 4hari ditinggal doni. ricko seakan telah mengikis habis dingin yang menerkam hari doni. tak ingin berlama-lama dengan cerita yang seakan tak ada ujungnya, ricko mengajak doni keluar untuk makan siang. ***

Laman

Pengikut

my name is Ibnu Rush. I'm 19years old. I'm ordinary person and let's be my friend :)

Diberdayakan oleh Blogger.