29 Mei 2011
Ini kisah ku. Sepenggal kisah hidup yang ku tuangkan dalam lembaran kertas. Sepenggal kisah hidupku yang dapat mewakili siapa aku dan sepenggal kisah hidupku yang mungkin dapat memberikan motivasi dan inspirasi untuk kalian yang membacanya
NAMAku Ibnu.
18 tahun yang lalu aku dilahirkan dan dibesarkan disebuah desa yang menurutku tidak terlalu kecil di Kab. Siak, salah satu kabupaten yang terdapat di Prov. Riau. Ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga, tapi dia adalah ibu terbaik yang pernah ada. Aku sangat bersyukur karena tuhan telah memilih dia untuk menjadi ibuku dan aku sangat senang menjadi anaknya.
Aku bungsu dari 7 bersaudara. Dua anak pertama ibuku laki-laki kemudian dua dibawahnya perempuan, selanjutnya semuanya laki-laki. Ibu ku pernah bercerita, awalnya abang diatas ku-lah yang dipanggil bungsu meski dia tidak menginginkannya. Hal itu bukan tidak beralasan karena aku dan abangku berjarak 7 tahun. Cukup untuk meyakinkan bahwa tidak akan ada lagi anak setelah abangku mengingat umur ibuku pada saat itu tidak muda lagi. Namun tuhan berkata lain, pada akhir bulan desember tahun 1992 aku dilahirkan sebelum pagi menyapa dunia.
Ayahku bukanlah seorang ayah yang sukses. Ia bekerja keras untuk menghidupi keluarga kami. Namun aku lebih mengagumi ibuku. Entah karena aku lebih dekat dengan ibu dibandingkan ayahku atau karena ibuku lebih mengerti aku. Tapi jauh dilubuk hatiku, aku sangat merindukan figur seorang ayah meski pada kenyataannya aku belum pernah bermimpi tentang ayahku. Namun hal ini akan jauh lebih baik jika ternyata itu akan memberikan pertanda buruk. Sejak aku dilahirkan, ibu dan kakakku lah yang berperan besar dalam merawatku. Memberikan semua yang aku butuhkan dan yang aku inginkan. Tapi seingatku, aku belum pernah meminta hal yang tidak dapat dipenuhi oleh orang tuaku. Mungkin juga hal ini dikarenakan aku adalah anak yang sadar akan kondisi hidup keluargaku. Hingga sampai detik ini, dimana bercukur sudah menjadi kebiasaanku setiap sebelum berangkat kuliah. Tapi aku tak menapik jika aku juga sering menipu ibuku untuk melakukan sesuatu yang menurutku tidak akan diizinkan oleh ibuku, bahkan oleh ibu manapun. mungkin. Namun menurutku, semua anak pasti pernah melakukan kesalahan bahkan sampai ia telah dewasa sekalipun. Karena faktanya, tidak ada manusia yang tidak memiliki dosa dan kesalahan.
Aku harap kalian semua tidak akan bosan dengan apa yang telah kalian baca sebelumnya, karena aku hanya menjadikan itu layaknya pelayan hotel yang akan mengantarkan kalian kekamar yang telah kalian sewa dan inilah kamar kalian. Silahkan dilihat dan kalian diizinkan untuk memprotes apa yang membuat kalian merasa tidak nyaman. Selagi aku masih disini.
Karena akulah kamar yang telah kalian pilih. . .
***
Aku bukanlah anak yang bodoh namun tidak juga terlalu pintar. Tapi paling tidak, aku pantas untuk dikatakan anak yang cukup pintar. Saat umur 4 tahun, aku sudah bisa membaca dan menulis. Bahkan aku sering menulis didinding rumahku. Menulis ejekan untuk abang diatasku. “Acik cinta . . .” aku tidak dapat mengingat nama siapa yang aku tulis tapi seingatku dia adalah pacar abangku saat duduk dibangku sekolah menengah. Aku bisa memastikan bahwa tulisan itu masih ada didinding rumahku dan aku pikir aku masih ingat dimana aku menulisnya.
Aku anak yang manja, cengeng dan penakut. Aku tidak dapat memberikan alasan kenapa aku memiliki sifat seperti itu. Yang aku tahu aku sangat dekat dengan ibuku. Bahkan jika aku libur kuliah dan pulang kekampungku, aku masih tidur dengan ibuku. Hal yang tak pantas dilakukan oleh anak seusiaku. Tapi inilah aku. Aku tak ingin menutupi kekuranganku. Sebenarnya aku ragu jika ini adalah suatu kesalahan atau bukan. Bagiku pembaca berhak tahu fakta yang dimiliki oleh penulis meski aku bukanlah penulis sesungguhnya.
Saat aku kecil, ibuku selalu mengawasi ku. Tak ada ruang sedikit pun untuk aku melakukan hal yang dilakukan oleh anak laki-laki seusiaku saat itu. Bahkan hingga aku masuk sekolah dasar sekalipun. Aku dituntut belajar dengan giat dan harus berprestasi dibidang akademis dan semua yang aku inginkan insyaallah akan dikabulkan. Hal itulah yang memotivasiku untuk selalu menjadi yang terbaik meski semuanya tidak berjalan sesuai dengan keinginanku. Tapi aku pikir aku tidak mengecewakan ibuku karena tidak jarang aku mendapatkan rangking 3 saat duduk dibangku dasar. Bahkan aku pernah mendapatkan rangking 1.
Ketika aku duduk dibangku menengah, aku rasa inilah masa-masa gemilangku. Mendapatkan rangking 1 berturut-turut dikelas 1A, kemudian rangking 2 dikelas 2 dan 3. Tapi yang lebih membuat aku bangga disaat aku mendapatkan beasiswa. Aku menerima 90 ribu rupiah/3 bulan dengan kata lain aku digaji seribu rupiah perhari. Meski sedikit kesal jika dipanggil kedepan ketika akan selesai upacara bendera, karena pada saat itu aku mulai mengenal kata malu. Namun aku cukup bangga karena yang menerima beasiswa itu hanya 3 orang siswa. Dan aku satu-satunya anak kelas 1, selebihnya siswa kelas 2 dan keduanya perempuan.
Banyak orang yang mengatakan bahwa saat duduk diSekolah Menengah Pertama, disinilah masa-masa terindah yang pernah kita lalui. Disaat kita tertarik pada lawan jenis kita. Memiliki perasaan yang lebih dari sebatas teman biasa. Tapi itu tidak berlaku padaku. Kisah cinta ku tidak beruntung disaat aku duduk dibangku menengah pertama ini. Target ku di embat teman ku. Tidak hanya sekali tapi dua kali dan orang yang sama. Meski akhirnya akulah yang terpilih, namun aku sudah tidak berniat lagi untuk itu.